22 Maret 2012

Revitalisasi Posyandu


CIKAL-BAKAL posyandu atau pos pelayanan terpadu ditetapkan Departemen Kesehatan pada 1975 dengan merancang Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).

Ini adalah strategi pembangunan kesehatan yang menerapkan prinsip gotong-royong dan swadaya masyarakat. Tujuannya agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri melalui pengenalan dan penyelesaian masalah kesehatan yang dilakukan bersama petugas kesehatan secara lintas program dan lintas sektor. Kegiatan PKMD pertama kali diperkenalkan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, diselenggarakan dalam pelbagai bentuk.

Kegiatan PKMD untuk perbaikan gizi, dilaksanakan melalui Karang Balita, sedangkan untuk penanggulangan diare melalui Pos Penanggulangan Diare. Untuk pengobatan masyarakat di perdesaan melalui Pos Kesehatan, serta untuk imunisasi dan keluarga berencana (KB) dilakukan di Pos Imunisasi dan Pos KB Desa.

Namun, pelayanan kesehatan justru menjadi terkotak-kotak, menyulitkan koordinasi, serta memerlukan lebih banyak sumber daya. Untuk mengatasinya, pada 1984 dikeluarkanlah Instruksi Bersama antara Menteri Kesehatan, Kepala BKKBN,dan Menteri Dalam Negeri, yang mengintegrasikan berbagai kegiatan masyarakat ke dalam satu wadah yang disebut dengan posyandu.

Kegiatan yang dilakukan diarahkan untuk lebih mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi, yang sesuai dengan konsep GOBI-3F (Growth Monitoring, Oral Rehydration, Breast Feeding, Imunization, Female Education, Family Planning and Food Suplementation) atau lima kegiatan posyandu, yaitu kesehatan ibu dan anak (KIA), KB, imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare. Namun, sejak krisis ekonomi, kegiatan posyandu menjadi menurun. Banyak kegiatan di posyandu yang tidak aktif, bahkan sampai ditutup.

Untuk menggiatkan kembali layanan di posyandu, pemerintah mengeluarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 411.3/1116/SJ tanggal 13 Juni 2001 tentang Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu. Isinya, setiap gubernur, bupati, dan wali kota di seluruh Indonesia wajib menjalankan program revitalisasi posyandu secara aktif. Surat tersebut diharapkan dapat dijadikan acuan bersama dengan semangat kebersamaan dan keterpaduan untuk mengembalikan dan meningkatkan fungsi dan kinerja posyandu.

Meski begitu, imbauan tersebut sepertinya belum membuahkan hasil yang maksimal. Posyandu seakan “mati suri”. Kiprahnya seperti istilah ”hidup segan, mati tak mau”. Kegiatannya selama ini semakin sayup, lamat-lamat tak terdengar.

Menurut Dr Hadiat MA, Direktur Komunitas Kesehatan dan Nutrisi BAPPENAS, dari sekitar 270.000 posyandu yang ada di Indonesia, hanya setengahnya yang masih aktif. Padahal, posyandu efektif dalam mendukung tercapainya target Millenium Development Goals (MDGs), terutama poin memberantas kemiskinan dan kelaparan, menurunkan angka kematian anak, dan meningkatkan kesehatan ibu. Karena, kegiatan di posyandu paling umum adalah menimbang bayi dan mencatat status pertumbuhan, pelayanan gizi, dan ibu hamil.

“Sudah banyak upaya yang dilakukan pemerintah, tetapi kami tidak bisa bekerja sendiri, perlu dukungan semua pihak,” ujarnya dalam diskusi media bertajuk “Revitalisasi Posyandu: Peningkatan Kapasitas Kader Sebagai Ujung Tombak Usaha Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak” bersama Kraft Foods Indonesia dan Save the Children di Hotel Mandarin Oriental.

Upaya tersebut, lanjut dia,antara lain membentuk Tim Pokjanal Posyandu yang berfungsi membina perkembangan posyandu secara berjenjang, baik tingkat kabupaten atau kota sampai kecamatan. Selain itu, terdapat program dalam rangka peningkatan kinerja kader. Karena selama ini diketahui hanya 30 persen kader yang telah terlatih. Terkait pendanaan, pemerintah juga telah mengeluarkan Bantuan Operasional Kesehatan untuk membantu pemerintahan kabupaten dan kota dalam melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan menuju MDGs.

“Bisa dipakai untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif seperti pembelian vaksin dan kegiatan surveilans,” tutur Hadiat.

Hidayat menyadari minat masyarakat untuk mengembangkan posyandu saat ini makin berkurang. Karena itu dia mengingatkan masyarakat untuk kembali menggiatkan layanan di sarana kesehatan dasar ini.
(tty)

31 Desember 2011

Politik Ijazah Rusak Pendidikan di Indonesia


REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR - Politik kepegawaian di Indonesia yang masih menjadikan ijazah sebagai tolak ukur kapabilitas dan kredibilitas seseorang turut berperan merusak iklim akademis di perguruan tinggi. Hal ini karena Ijazah hanya dijadikan alat untuk meningkatkan posisi jabatan seseorang di sebuah instansi.

"Ijazah untuk mendapatkan jabatan telah merusak dunia akademis kita," ujar Mahfud MD.

Saat ini banyak sekali lembaga akademisi setingkat universitas yang menjadikan ijazah sebagai proyek bisnis. Ijazah seringkali didapat tanpa mekanisme akademik yang semestinya. "Banyak sekali lembaga pendidikan yang hanya bisa mengeluarkan ijazah tanpa bisa mempertanggung-jawabkannya secara moral dan akademis," ujar Ketua Mahkamah Konstitusi ini.

Menurut Mahfud, pertanggungjawaban gelar akademis melalui ujian terbuka merupakan tradisi yang baik dan patut dipertahankan. Hal ini karena ujian terbuka bisa membuktikan seberapa dalam pemahaman seorang calon peraih gelar dalam menguasai permasalahan di bidang akademis yang dipilih.

30 Desember 2011

DISDIK KABUPATEN CIANJUR Database Ngaco, Pemborong Kecewa DAK Tak Bisa Cair

CIANJUR (Suara Karya): Dua puluh paket proyek yang didanai DAK (dana alokasi khusus) bidang pengadaan tahun 2011 senilai Rp 46 miliar pada Dinas Pendidikan (Disdik) tidak bisa cair pada akhir tahun 2011 karena data-data pencairan yang diajukan Disdik ke Dinas Keuangan dan Aset Daerah (DKAD) Pemkab Cianjur tidak sama alias ngaco.

Beberapa orang pemborong-yang dibenarkan pemborong lainnya-menilai kacaunya data yang diajukan pihak Disdik ke DKAD akibat kinerja yang buruk di tubuh Disdik Kabupaten Cianjur.

"Kejadian ini jadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Provinsi Jabar, sehingga DAK tidak bisa dicairkan sebelum permasalahan tersebut diselesaikan," kata salah seorang pemborong yang menolak disebutkan namanya.

Kepala Disdik Kabupaten Cianjur, Drs Endang Suhendar, ketika dikonfirmasi melalui telepon, Rabu (28/ 12), membenarkan, 20 paket proyek DAK bidang pengadaan tahun 2011 tidak bisa dicairkan pada tahun 2011 ini. Karena itu, terpaksa akan diluncurkan pada tahun anggaran 2012.

"Tidak dapat dicairkannya DAK bukan karena diblokir oleh BPK, tetapi dari temuan BPK, karena database DPA (daftar pengajuan anggaran) yang kami miliki tidak sama dengan database yang dimiliki DKAD Pemkab Cianjur, sehingga nomor rekening yang diajukan tidak sama dengan yang ada pada DKAD Pemkab Cianjur," katanya.

Diakui Endang, ada kesalahan administratif yang menyebabkan berbedanya database yang dimiliki Disdik dengan database yang dimiliki DKAD. Karena itu, DAK bidang pengadaan terpaksa akan diluncurkan pencairannya pada tahun 2012 setelah dilakukan perbaikan-perbaikan.

"Untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam DPA dan agar dapat diluncurkan tahun 2012 sudah dilakukan pembahasan dengan pihak DPRD Kabupaten Cianjur. Intinya, akan diluncurkan tahun 2012. Mudah-mudahan triwulan pertama sudah dapat dicairkan oleh para pemborong," harap Endang.

Beberapa pemborong, mengatakan, akibat kejadian buruknya kinerja Disdik, pihaknya merasa dirugikan. Padahal mereka sudah bekerja keras agar proyek yang dilaksanakannya selesai sesuai jadwal kontrak dan anggarannya segera dapat dicairkan pula. "Tetapi kenyataannya, anggarannya tidak bisa dicairkan," ujarnya. (*/Sadono)

29 Desember 2011

Persib Gaet Dua Striker Asal Ghana dan Jepang


Bandung - Persib Bandung mendatangkan dua pemain baru untuk mengisi posisi penyerang utama Maung Bandung. Kedua pemain adalah Moses Sakyi, 30 tahun, asal Ghana, dan Ryota Miki, 26 tahun, asal Jepang.

"Keduanya akan tiba di Indonesia malam ini dan kami jemput (ke Bandara Soekarno-Hatta) untuk dibawa ke sini (Bandung)," ujar Manajer Persib Umuh Muhtar usai memantau latihan anak-anak asuhannya di lapangan Brigif 15, Kota Cimahi, Kamis petang, 29 Desember 2011.

Umuh berharap kedua penyerang bisa langsung bergabung dalam latihan skuad Maung Bandung sekalian menjalani uji kabisa di Stadion Siliwangi besok petang. "Soal proses tes mereka kami serahkan kepada pelatih sepenuhnya," kata Umuh. "Mudah-mudahan keduanya memang bagus, sesuai harapan kami untuk mengisi lini depan sehingga Persib nanti tampil lebih baik,"

Umuh juga mengaku pihaknya sudah melakukan negosiasi harga kontrak maupun persyaratan administrasi dengan kedua pemain. "Keduanya bahkan sudah kami daftarkan ke PT Liga Indonesia. Tapi nanti tetap terserah keputusan pelatih. Kalau pelatih oke, nanti pemainnya tinggal teken kontrak,"tandasnya.

Dari informasi dihimpun, Maung sudah mengutus dua awak manajemen untuk manajemen ke Bandara Soekarno Hatta malam ini. Moses dijadwalkan mendarat sekitar pukul 18.15 WIB, sedangkan Ryota sekitar pukul 19.00 WIB.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Skull Belt Buckles