CIANJUR, (PRLM).- Sejumlah pembudidaya ikan air tawar yang pada berbagai jaring apung di Waduk Cirata, Kab. Cianjur, mengeluhkan kondisi melambatnya masa pertumbuhan dan perkembangan fisik komoditas yang diusahakan. Akibat pencemaran air Waduk Cirata, rata-rata masa pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan-ikan yang ada melambat 1,5-2 bulan dibandingkan normal.
Pengurus Perhimpunan Pembudidaya Ikan Waduk Cirata (Perpic), Icep Dadan, di Cianjur, Jumat (27/5) menyebutkan, kondisi demikian terutama dirasakan tiga komoditas ikan utama yang diusahakan, yaitu ikan emas, ikan nila, dan ikan bawal. Kendati kondisi ini sudah mulai terjadi tahun 2003, namun pengaruh signifikan terasa sejak setahun terakhir.
"Akibatnya, banyak pembudidaya ikan Waduk Cirata gagal memanfaatkan peluang saat terjadinya lonjakan pesanan ikan air tawar dari pasaran. Ini disebabkan banyak terjadi ikan-ikan yang ada, terlambat memenuhi ukuran selama ini menjadi standar pasar saat pesanan muncul," katanya.
Dikatakan, pembudidayaan ikan emas yang dalam keadaan normal rata-rata tiga bulan sudah dapat dipanen, kini umumnya baru dapat dipanen 4-5 bulan dan banyak yang menjadi buntet. Sedangkan ikan nila semula rata-rata sudah dipanen 5-6 bulan menjadi 7-8 bulan, sedangkan pengusahaan ikan bawal yang sebelumnya menjanjikan harapan baru, mulai terserang penyakit akibat kualitas air yang merepotkan.
Menurut dia, kondisi ini sebenarnya semakin merepotkan para pembudidaya ikan, namun mereka memang dihadapkan harus meneruskan usaha. Ironisnya, para pembudidaya ikan jaring apung di Waduk Cirata juga lamban meningkatkan produksi, selain gagal memanfaatkan peluang peningkatan pesanan, juga jumlah ikan yang terjual pun menurun.
Disebutkan Icep, adanya pencemaran air pada Waduk Cirata, dirasakan sangat memukul usaha para pembudidaya ikan setempat. Terhambatnya masa pertumbuhan fisik, membuat ikan-ikan yang dibudidayakan menjadi rentan penyakit.
0 komentar:
Posting Komentar